Kamis, 04 Desember 2014

Sekilas biografi Ibnu Kholdun



Ibnu kholdun adalah seorang filusuf sejarah yang berbakat dan cendekiawan terbesar pada zamanya. Ia termasuk salah satu pemikir paling terkemuka yang pernah di lahirkan di muka bumi. Beliau lahir dan wafat di saat bulan suci Ramadan. Nenek moyang Ibnu Kholdun mungkin berasal dari golongan Arab Yaman di Hadramaut. Tapi Ia lahir di
Tunisia pada 1 Ramadan 732 H./27 Mei 1332 M. Dimana di kota itulah keluarganya menetap setelah pindah dari tanah Andalusia ( Spanyol ). Dan wafat pada 25 Ramadhan 808 H./ 19 Maret 1406 M. di Kairo. Nama lengkapnya adalah Waliuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Abi Bakar Muhammad bin al-Hasan yang kemudian masyhur dengan sebutan Ibnu Khaldun. Beliau meruapakan  keturunan dari sahabat Rasulullah saw. bernama Wail bin Hujr dari kabilah Kindah.
Sebagai tokoh yang di juluki sebagai sejarawan dan pendiri ilmu sosiologi Islam yang hafal Alquran sejak usia dini, ibnu kholdun secara khas membedakan cara memperlakukan sejarah sebagai ilmu serta memberikan alasan-alasan untuk mendukung kejadian-kejadian yang nyata alias benar-benar terjadi. Disamping itu beliau juga sebagai ahli politik islam sehingga di kenal sebagai bapak Ekonomi islam, karena pemikiran-pemikirannya tentang teori ekonomi yang logis dan realistis jauh telah dikemukakannya sebelum Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-1823) mengemukakan teori-teori ekonominya. Gagasan dan pemikiran tentang ekonomi Ibnu Khaldun telah mengilhami sejumlah ekonom terkemuka. Empat abad setelah Ibnu Khaldun berpulang, pemikirannya tentang ekonomi muncul kembali melalui Adam Smith serta David Ricardo. kemudian, Karl Marx serta John Maynard Keynes juga banyak menyerap pemikiran Ibnu Khaldun. Salah satu pengaruh pemikiran Ibnu Khaldun yang diadopsi Karl Marx antara lain, mengenai dialektika yang saling mempengaruhi antara pemikiran dan dasar material. Selain itu, mengenai beberapa cara spesifik variabel ekonomi, khususnya dengan peran tenaga kerja dalam hubungan sosial.
Ibnu Khaldun begitu menghormati tenaga kerja sebagai salah satu dari dasar utama masyarakat dan diskusi tentang profit sebagai nilai yang didapat dari pekerjaan manusia. Pemikiran ekonomi Ibnu Khaldun menggabungkan hablum minallah dan hablum minnanas.
Ia mendefinisikan ekonomi secara sosial sebagai aktivitas ekonomi yang dipengaruhi oleh interaksi sosial dan sebaliknya mereka mempengaruhinya. Prespektif tersebut digunakan Ibn Khaldun dalam menganalisis nilai pekerja manusia, dalam arti mata pencaharian dan stratifikasi ekonomi sosial. Ibnu Khaldun juga berpendapat bahwa organisasi sosial adalah ‘sesuatu yang diperlukan’ bagi usaha manusia dan keinginannya untuk hidup dan bertahan hidup ‘dengan bantuan makanan’. Untuk mencapai tujuan ini kemampuan individu saja tidaklah cukup.
Seorang kritikus barat terkemuka berkata “ Tak ada satupun dalam perbedaharaan sastra kristen dari Abad pertengahan yang pantas di sejajarkan dengan karya sejarah ibnu kholdun dan tak satupun sejarahwan kristen yang menulis sebuah versi dengan begitu gamblang dan tepat mengenai negara islam ( selain dirinya).”
            Dalam perjalanan hidupnya, Ibnu Khaldun menjalani berbagai karier dan pekerjaan pada masa mudanya dengan aktif ia pernah ikut ambil bagian dalam kancah politik yang oenuh intrik antara kerajaan-kerajaan kecil di Afrika utara. Dengan dipenuhi dengan berbagai peristiwa, pengembaraan, dan perubahan dengan sejumlah tugas besar serta jabatan politis, ilmiah dan peradilan. Secara bergantian, di alaminya masa-masa menyenangkan maupun menyedihkan, yang semuanya tidak bisa di lepaskan dari ulah para penguasa. Ada saat dimana dia terpaksa di granada yang jauh, demi menghindari lawan politik atau penguasa yang jengah dengan kritikanya. Beliau memang di kenal memiliki semangat revolusioner karna ia sudah muak dengan dunia politik yang kotor. Bahkan beliau sempat mundur dari panggung politik selama kurang lebih empat tahun dengan berdiam di pinggiran kita Tunis. Di situlah ia menyelesaikan karya Muqoddimah yang begitu fenomenal pada tahun 1377 M. Kemudian beliau pindah ke Tunis untuk menyelesaikan karyanya yang lain, kitab Al- i’bar dengan mengumpulkan bahan-bahan dari perpustakaan. Dimana Kitab al-i’bar ini pernah diterjemahkan dan diterbitkan oleh De Slane pada tahun 1863, dengan judul Les Prolegomenes d’Ibn Khaldoun. Namun pengaruhnya baru terlihat setelah 27 tahun kemudian. Tepatnya pada tahun 1890, yakni saat pendapat-pendapat Ibnu Khaldun dikaji dan diadaptasi oleh sosiolog-sosiolog German dan Austria yang memberikan pencerahan bagi para sosiolog modern.
Setelah menjalani hidup penuh petualangan di Afrika Utara, pemikir besar ini kemudia pindah ke Mesir tahun 1382 M. Beliau pernah menjadi guru besar di Universitas al-Azhar, Kairo yang dibangun oleh dinasti Fathimiyyah. Di negeri yang baru itulah Ibnu Kholdun memperoleh kesempatan bertemu dengan Tamerlance ( Timurlenk ), yakni setelah Syiria diserbu dan diadakan perjanjian perdamaian dengan raja mesir. Timurlenk terkesan sekali akan kepandaian dan kefasihan Ibnmu Kholdun, sehingga sempat berdialog tentang masalah politik. Dengan segala kebesaran nama dan kepandainya, Ibnu Kholdun telah memperoleh tempat tersendiri di antar para ahli filsafat dan ahli sejarah dunia. Berbeda dengan ahli sejarahwa kuno lainya, Ibnu Kholdun memperlakukan sejarah sebagai ilmu, bukan hanya sebagai dongeng, Ia menulis sejarah denga metode yang baru, yakni menerangkan, menjelaskan, memberi alasan, dan menegembangkanya sebagai sebuah filsafat sosial.
Dalam kitabnya Muqoddimah, Ibnu Kholdun mejelaskan tenyang seni menulis sejarah, Ia berkata “ Hanya dengan penelitian yang seksama dan penerapan yang terjaga baik, kita bisa menemukan kebenaran serta menjaga diri kita sendiri dari kekhilafan dan kesalahan, kenyataanya jikalau kita hanya ingi memuaskan diri dengan membuat reproduksi dari catatan yang di wariskan adat istiadat atau tradisi, tanpa mempertimbangkan aturan-aturan yang muncul karna pengalaman, prinsip-prinsip dasar dari seni memerintah, alam, kejadian-kejadian, dan budaya di suatu tempat ataupun hal-hal yang membentuk ciri masyarakat, jikalau kita tidak mau menimbang berbagai peristiwa yang terjadi jauh di masa lalu dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di depan mata kita, jikalau kita tidak mau membandingkan yang laul dengan saat ini, maka akan sulit bagi kita untuk menghindari kesalahan dan tersesat dari jalan kebenaran.”
Panjang sekali jika kita berbicara tentang biografi Ibnu Khaldun, namun ada tiga periode yang bisa kita ingat kembali dalam perjalan hidup beliau. Periode pertama, masa dimana Ibnu Khaldun menuntut berbagai bidang ilmu pengetahuan. Yakni, ia belajar Alquran, tafsir, hadis, usul fikih, tauhid, fikih madzhab Maliki, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu balaghah, fisika dan matematika. Periode kedua, ia terjun dalam dunia politik dan sempat menjabat berbagai posisi penting kenegaraan seperti qadhi al-qudhat (Hakim Tertinggi). Namun, akibat fitnah dari lawan-lawan politiknya, Ibnu Khaldun sempat juga dijebloskan ke dalam penjara. periode ketiga, kehidupan Ibnu Khaldun, yaitu berkonsentrasi pada bidang penelitian dan penulisan, ia pun melengkapi dan merevisi catatan-catatannya yang telah lama dibuatnya. Seperti kitab al-’ibar (tujuh jilid) yang telah ia revisi dan ditambahnya bab-bab baru di dalamnya, nama kitab ini pun menjadi Kitab al-’Ibar wa Diwanul Mubtada’ awil Khabar fi Ayyamil ‘Arab wal ‘Ajam wal Barbar wa Man ‘Asharahum min Dzawis Sulthan al-Akbar.

Guru beserta Murid Ibnu kholdun
Di bawah ini merupakan guru-guru yang terdapat dibalik keberhasilan Ibnu Khladun. Diantaranya:
1.      Abu Abdullah Muhammad yaitu ayahnya yang menjadi guru pertama Ibnu Khaldun. Dari ayahnya beliau belajar membaca, menulis dan bahasa Arab.
2.      Abu Abdullah Muhammad Ibn Sa’ad Ibn Burral al-Anshari, ia termasuk pendidik Ibnu Khaldun dalam bidang al-Qur’an dan Qira’atul Sab’ah.
3.      Syeikh AbdullahIbn al-‘Arabi al-Hasayiri, Muhammad al-SAwwas al-Zarazli Ahmad Ibn al-Qassar, Syekh Syams al-Din Abu Abdullah Muhammad al-Wadisyasyi, mereka adalah pendidik /guru dalam bidang ilmu hadist, bahasa Arab dan Fiqh.
4.      Abdullah Muhammad Ibn Abd al- Salam, ia adalah pendidik khusus kitab al-Muwattha’ karya imam Malik.
5.      Muhammad Ibn Sulaiman al-Satti Abd al-Muhaimin al-Hadrami dan Muhammad Ibn Ibrahim al- Abili, mereka adalah pendidik ilmu pasti, logika dan seluruh ilmu tehnik, kebijakan dan pengajaran dan ilmu pokok al-Qur’an hadist.
6.      Syekh Syamsuddin Abu Abdullah Muhammad al-Wadiyasyi, ia mengajarkan ilmu hadis dan fiqih serta bahasa Arab pada Ibnu Khaldun.
Dari beberapa guru Ibnu Kholduntersebut terdapat dua guru yang memiliki peran besar dalam keberhasialan ibnu Kholdun, sebagaimana yang dikatakan Ramayulis dan Samsul Nizar dalam buku” ensiklopedi tokoh pendidikan” bahwa ada dua guru Ibnu Khaldun yang sangat berjasa kepada beliau yaitu Muhammad Ibnu Ibrahim al-Abili dalam bidang ilmu filsafat dan syekh Abd al-Muhaimin Ibn al-Hadramani dalam ilmu-ilmu agama. Dari kedua guru inilah beliau belajar al-Kutubu Sittah dan al-Muwattha’.
Sedangkan terdapat dua muridnya yang terkenal dengan keilmuannya dan telah mengarang beberapa buku. Keduanya adalah:
1.      Taqiyuddin Ahmad Ibnu Ali al-Maqrizi, ia adalah sejarawan dan telah mengarang buku al-Suluk li Ma’rifah Duwal al-mulk.
2.      Ibnu Hajar al- ‘Asqalani, ia adalah murid Ibnu Khaldun yang terkenal sebagai ahli hadis dan sejarawan.

Muqoddimah yang Monumental
Setelah mundur dari percaturan politik praktis, Ibnu Khaldun bersama keluarganya menyepi di Qal’at Ibn Salamah istana yang terletak di negeri Banu Tajin selama empat tahun. Selama masa kontemplasi itu, Ibnu Khaldun berhasil merampungkan sebuah karya monumental yang hingga kini masih tetap dibahas dan diperbincangkan.
Buah pikir Ibnu Khaldun itu begitu memukau. Tak heran, jika ahli sejarah Inggris, Arnold J Toynbee menganggap Al-Muqaddimah sebagi karya terbesar dalam jenisnya sepanjang sejarah. Secara garis besar, Tarif Khalidi dalam bukunya Classical Arab Islam membagi Al-Muqaddimah menjadi tiga bagian utama .
            Bagian Pertama, membicarakan histografi mengupas kesalahan-kesalahan para sejarawan Arab-Muslim. Bagian ini membahas mengenai perihal masyarakat, asal-usulnya, kedaulatan lahirnya kota-kota dan desa-desa, perdagangan, cara orang mencari nafkah, dan ilmu pengetahuan. Bagian pertama ini merupakan bagian yang paling dari bukunya dimana si penulis sampai pada puncak kreatifitasnya dalam meninjau subjek-subjek yang berbeda. Ekonomi politik, sosiologi, da sejarah serta orisinal dan mengikat. Bagian Kedua, Al-Muqaddimah mengupas soal ilmu kultur. Bagi Ibnu Khaldun, ilmu tersebut merupakan dasar bagi pemahaman sejarah. Dalam bagian kedua ini tulisan yang paling menarik adalah teori tentang Al- Asabiyah yang membahas tentang perihal keningratan serta pengaruh garis-garis keturunan di antara suku-suku nomaden ( pengembara ). Bagian Ketiga, mengupas lembaga-lembaga dan ilmu-ilmu keislaman yang telah berkembang sampai dengan abad ke-14.
Menurut Charles Issawi dalam An Arab Philosophy of History, lewat Al-Muqaddimah, Ibnu Khaldun adalah sarjana pertama yang menyatakan dengan jelas, sekaligus menerapkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar sosiologi. Salah satu prinsip yang dikemukakan Ibnu Khaldun mengenai ilmu kemasyarakatan antara lain; `’Masyarakat tidak statis, bentuk-bentuk soisal berubah dan berkembang.” Pemikiran Ibnu Khaldun telah memberi pengaruh yang besar terhadap para ilmuwan Barat. Jauh, sebelum Aguste Comte pemikir yang banyak menyumbang kepada tradisi keintelektualan positivisme Barat metode penelitian ilmu pernah dikemukakan pemikir Islam seperti Ibnu Khaldun (1332-1406).
Dalam metodeloginya, Ibnu Khaldun mengutamakan data empirik, verifikasi teoritis, pengujian hipotesis, dan metode pemerhatian. Semuanya merupakan dasar pokok penelitian keilmuan Barat dan dunia, saat ini. `’Ibnu Khaldun adalah sarjana pertama yang berusaha merumuskan hukum-hukum sosial,” papar Ilmuwan asal Jerman, Heinrich Simon.
Karya-karya Ibnu Kholdun
Karya-karya Ibnu Khaldun yang bernilai sangat tinggi diantaranya, at-Ta’riif bi Ibn Khaldun (sebuah kitab autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya); Muqaddimah (pendahuluan atas kitabu al-’ibar yang bercorak sosiologis-historis, dan filosofis); Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Diin (sebuah kitab tentang permasalahan dan pendapat-pendapat teologi, yang merupakan ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar al-Mutaqaddimiin wa al-Muta’akh-khiriin karya Imam Fakhruddin ar-Razi).
Kesimpulan
Dalam Al-Muqqadimah, Ibnu Khaldun juga memberikan keutamaan, bukan eksklusif, posisi faktor ekonomi dalam sejarah. Aktivitas intelektual dari manusia, seni dan ilmu pengetahuan, sikap dan perilaku moralnya, gaya hidup dan selera, standar kehidupan dan adat didefinisikan Ibnu Khaldun melalui derajat atau tingkatan produksi. Dan juga menerangkan bahwa sejarah adalah catatan tentang masyarakat manusia atau perdaban dunia, tentang perubahan-perubahan yang terjadi, perihal watak manusia, seperti keliaran, keramah-tamahan, solidaritas golongan, tentang revolusi, dan pemberontakan-pemberontakan suatu kelompok kepada kepada kelompok lain yang berakibat pada munculnya kerajaan-kerajaan dan negara-negara dengan tingkat yang bermacam-macam, tentang pelbagai kegiatan dan kedudukan orang, baik untuk memenuhi kebutuhan hidup maupun kegiatan mereka dalam ilmu pengetahuan dan industri, serta segala perubahan yang terjadi di masyarakat. bahkan beliau memerinci bahwa ekonomi, alam, dan agama merupakan faktor yang memengaruhi perkembangan sejarah. Meski punya pengaruh, faktor ekonomi, alam dan agama bagi Khaldun bukan satu-satunya faktor yang menentukan gerak sejarah. Ilmu lain inilah yang diistilahkan Ibn Khaldun sebagai kultur.
Ibnu Kholdun sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan tidak meremehkan akan sebuah sejarah. Ia adalah seorang peneliti yang tak kenal lelah dengan dasar ilmu dan pengetahuan yang luas. Ia selalu memperhatikan akan komunitas-komunitas masyarakat. Selain seorang pejabat penting, ia pun seorang penulis yang produktif. Ia menghargai akan tulisan-tulisannya yang telah ia buat. Bahkan ketidaksempurnaan dalam tulisannya ia lengkapi dan perbaharui dengan memerlukan waktu dan kesabaran. Sehingga karyanya benar-benar berkualitas, yang di adaptasi oleh situasi dan kondisi.

Daftar Rujukan
Ali, Said Ismail. Pelopor pendidikan Islam paling berpengaruh, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2010.
Jamil, Ahmad. Seratus Muslim Terkemuka, Jakarta: Pustaka firdaus, 2003.
Fuad Baali dan Ali Wardi. Ibn Khaldun dan Pola Pemikiran Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1989.
Pramono, Teguh. M.Pd.I., 100 Muslim Terhebat Sepanjang Masa. Jogjakarta: Diva Press, 2013.
Ramayulis dan Samsul Nizar. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Ciputat: Quantum Teaching, 2005.
Yatim, Badri.  Historiografi Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Yarí, Ahmad. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar