Ibnu kholdun adalah seorang filusuf sejarah yang berbakat dan
cendekiawan terbesar pada zamanya. Ia termasuk salah satu pemikir paling
terkemuka yang pernah di lahirkan di muka bumi. Beliau lahir dan wafat di saat
bulan suci Ramadan. Nenek moyang Ibnu Kholdun mungkin berasal dari golongan
Arab Yaman di Hadramaut. Tapi Ia lahir di
Tunisia pada 1 Ramadan 732 H./27 Mei 1332 M. Dimana di kota itulah keluarganya menetap setelah pindah dari tanah Andalusia ( Spanyol ). Dan wafat pada 25 Ramadhan 808 H./ 19 Maret 1406 M. di Kairo. Nama lengkapnya adalah Waliuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Abi Bakar Muhammad bin al-Hasan yang kemudian masyhur dengan sebutan Ibnu Khaldun. Beliau meruapakan keturunan dari sahabat Rasulullah saw. bernama Wail bin Hujr dari kabilah Kindah.
Tunisia pada 1 Ramadan 732 H./27 Mei 1332 M. Dimana di kota itulah keluarganya menetap setelah pindah dari tanah Andalusia ( Spanyol ). Dan wafat pada 25 Ramadhan 808 H./ 19 Maret 1406 M. di Kairo. Nama lengkapnya adalah Waliuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Abi Bakar Muhammad bin al-Hasan yang kemudian masyhur dengan sebutan Ibnu Khaldun. Beliau meruapakan keturunan dari sahabat Rasulullah saw. bernama Wail bin Hujr dari kabilah Kindah.
Sebagai tokoh yang di juluki sebagai sejarawan dan pendiri ilmu sosiologi
Islam yang hafal Alquran sejak usia dini, ibnu kholdun secara khas membedakan
cara memperlakukan sejarah sebagai ilmu serta memberikan alasan-alasan untuk
mendukung kejadian-kejadian yang nyata alias benar-benar terjadi. Disamping itu
beliau juga sebagai ahli politik islam sehingga di kenal sebagai bapak Ekonomi
islam, karena pemikiran-pemikirannya tentang teori ekonomi yang logis dan
realistis jauh telah dikemukakannya sebelum Adam Smith (1723-1790) dan David
Ricardo (1772-1823) mengemukakan teori-teori ekonominya. Gagasan dan pemikiran
tentang ekonomi Ibnu Khaldun telah mengilhami sejumlah ekonom terkemuka. Empat
abad setelah Ibnu Khaldun berpulang, pemikirannya tentang ekonomi muncul
kembali melalui Adam Smith serta David Ricardo.
kemudian, Karl Marx serta John
Maynard Keynes juga banyak menyerap pemikiran Ibnu Khaldun.
Salah satu pengaruh pemikiran Ibnu Khaldun yang diadopsi Karl Marx antara lain,
mengenai dialektika yang saling mempengaruhi antara pemikiran dan dasar
material. Selain itu, mengenai beberapa cara spesifik variabel ekonomi, khususnya
dengan peran tenaga kerja dalam hubungan sosial.
Ibnu Khaldun begitu menghormati tenaga kerja sebagai salah satu
dari dasar utama masyarakat dan diskusi tentang profit sebagai nilai yang
didapat dari pekerjaan manusia. Pemikiran ekonomi Ibnu Khaldun menggabungkan
hablum minallah dan hablum minnanas.
Ia mendefinisikan ekonomi secara sosial sebagai aktivitas ekonomi
yang dipengaruhi oleh interaksi sosial dan sebaliknya mereka mempengaruhinya.
Prespektif tersebut digunakan Ibn Khaldun dalam menganalisis nilai pekerja
manusia, dalam arti mata pencaharian dan stratifikasi ekonomi sosial. Ibnu
Khaldun juga berpendapat bahwa organisasi sosial adalah ‘sesuatu yang
diperlukan’ bagi usaha manusia dan keinginannya untuk hidup dan bertahan hidup
‘dengan bantuan makanan’. Untuk mencapai tujuan ini kemampuan individu saja
tidaklah cukup.
Seorang kritikus barat terkemuka berkata “ Tak ada satupun dalam
perbedaharaan sastra kristen dari Abad pertengahan yang pantas di sejajarkan
dengan karya sejarah ibnu kholdun dan tak satupun sejarahwan kristen yang
menulis sebuah versi dengan begitu gamblang dan tepat mengenai negara islam (
selain dirinya).”
Dalam perjalanan hidupnya, Ibnu Khaldun menjalani berbagai
karier dan pekerjaan pada masa mudanya dengan aktif ia pernah ikut ambil bagian
dalam kancah politik yang oenuh intrik antara kerajaan-kerajaan kecil di Afrika
utara. Dengan dipenuhi dengan berbagai peristiwa, pengembaraan, dan perubahan
dengan sejumlah tugas besar serta jabatan politis, ilmiah dan peradilan. Secara
bergantian, di alaminya masa-masa menyenangkan maupun menyedihkan, yang
semuanya tidak bisa di lepaskan dari ulah para penguasa. Ada saat dimana dia
terpaksa di granada yang jauh, demi menghindari lawan politik atau penguasa
yang jengah dengan kritikanya. Beliau memang di kenal memiliki semangat
revolusioner karna ia sudah muak dengan dunia politik yang kotor. Bahkan beliau
sempat mundur dari panggung politik selama kurang lebih empat tahun dengan
berdiam di pinggiran kita Tunis. Di situlah ia menyelesaikan karya Muqoddimah
yang begitu fenomenal pada tahun 1377 M. Kemudian beliau pindah ke Tunis untuk
menyelesaikan karyanya yang lain, kitab Al- i’bar dengan mengumpulkan
bahan-bahan dari perpustakaan. Dimana Kitab al-i’bar ini pernah diterjemahkan
dan diterbitkan oleh De Slane pada tahun 1863, dengan judul Les Prolegomenes
d’Ibn Khaldoun. Namun pengaruhnya baru terlihat setelah 27 tahun kemudian.
Tepatnya pada tahun 1890, yakni saat pendapat-pendapat Ibnu Khaldun dikaji dan
diadaptasi oleh sosiolog-sosiolog German dan Austria yang memberikan pencerahan
bagi para sosiolog modern.
Setelah menjalani hidup penuh petualangan di Afrika Utara, pemikir
besar ini kemudia pindah ke Mesir tahun 1382 M. Beliau pernah menjadi guru
besar di Universitas al-Azhar, Kairo yang dibangun oleh dinasti Fathimiyyah. Di
negeri yang baru itulah Ibnu Kholdun memperoleh kesempatan bertemu dengan
Tamerlance ( Timurlenk ), yakni setelah Syiria diserbu dan diadakan perjanjian
perdamaian dengan raja mesir. Timurlenk terkesan sekali akan kepandaian dan
kefasihan Ibnmu Kholdun, sehingga sempat berdialog tentang masalah politik.
Dengan segala kebesaran nama dan kepandainya, Ibnu Kholdun telah memperoleh
tempat tersendiri di antar para ahli filsafat dan ahli sejarah dunia. Berbeda
dengan ahli sejarahwa kuno lainya, Ibnu Kholdun memperlakukan sejarah sebagai
ilmu, bukan hanya sebagai dongeng, Ia menulis sejarah denga metode yang baru,
yakni menerangkan, menjelaskan, memberi alasan, dan menegembangkanya sebagai
sebuah filsafat sosial.
Dalam kitabnya Muqoddimah, Ibnu Kholdun mejelaskan tenyang seni
menulis sejarah, Ia berkata “ Hanya dengan penelitian yang seksama dan
penerapan yang terjaga baik, kita bisa menemukan kebenaran serta menjaga diri
kita sendiri dari kekhilafan dan kesalahan, kenyataanya jikalau kita hanya ingi
memuaskan diri dengan membuat reproduksi dari catatan yang di wariskan adat
istiadat atau tradisi, tanpa mempertimbangkan aturan-aturan yang muncul karna
pengalaman, prinsip-prinsip dasar dari seni memerintah, alam,
kejadian-kejadian, dan budaya di suatu tempat ataupun hal-hal yang membentuk
ciri masyarakat, jikalau kita tidak mau menimbang berbagai peristiwa yang
terjadi jauh di masa lalu dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di depan mata
kita, jikalau kita tidak mau membandingkan yang laul dengan saat ini, maka akan
sulit bagi kita untuk menghindari kesalahan dan tersesat dari jalan kebenaran.”
Panjang sekali jika kita berbicara tentang biografi Ibnu Khaldun,
namun ada tiga periode yang bisa kita ingat kembali dalam perjalan hidup
beliau. Periode pertama, masa dimana Ibnu Khaldun menuntut berbagai
bidang ilmu pengetahuan. Yakni, ia belajar Alquran, tafsir, hadis, usul fikih,
tauhid, fikih madzhab Maliki, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu balaghah, fisika dan
matematika. Periode kedua, ia terjun dalam dunia politik dan sempat
menjabat berbagai posisi penting kenegaraan seperti qadhi al-qudhat (Hakim
Tertinggi). Namun, akibat fitnah dari lawan-lawan politiknya, Ibnu Khaldun
sempat juga dijebloskan ke dalam penjara. periode ketiga, kehidupan Ibnu
Khaldun, yaitu berkonsentrasi pada bidang penelitian dan penulisan, ia pun
melengkapi dan merevisi catatan-catatannya yang telah lama dibuatnya. Seperti
kitab al-’ibar (tujuh jilid) yang telah ia revisi dan ditambahnya bab-bab baru
di dalamnya, nama kitab ini pun menjadi Kitab al-’Ibar wa Diwanul Mubtada’ awil
Khabar fi Ayyamil ‘Arab wal ‘Ajam wal Barbar wa Man ‘Asharahum min Dzawis
Sulthan al-Akbar.
Guru beserta Murid Ibnu kholdun
Di bawah ini merupakan
guru-guru yang terdapat dibalik keberhasilan Ibnu Khladun. Diantaranya:
1.
Abu Abdullah Muhammad yaitu ayahnya
yang menjadi guru pertama Ibnu Khaldun. Dari ayahnya beliau belajar membaca,
menulis dan bahasa Arab.
2.
Abu Abdullah Muhammad Ibn Sa’ad Ibn
Burral al-Anshari, ia termasuk pendidik Ibnu Khaldun dalam bidang al-Qur’an dan
Qira’atul Sab’ah.
3.
Syeikh AbdullahIbn al-‘Arabi
al-Hasayiri, Muhammad al-SAwwas al-Zarazli Ahmad Ibn al-Qassar, Syekh Syams
al-Din Abu Abdullah Muhammad al-Wadisyasyi, mereka adalah pendidik /guru dalam
bidang ilmu hadist, bahasa Arab dan Fiqh.
4.
Abdullah Muhammad Ibn Abd al- Salam,
ia adalah pendidik khusus kitab al-Muwattha’ karya imam Malik.
5.
Muhammad Ibn Sulaiman al-Satti Abd
al-Muhaimin al-Hadrami dan Muhammad Ibn Ibrahim al- Abili, mereka adalah
pendidik ilmu pasti, logika dan seluruh ilmu tehnik, kebijakan dan pengajaran
dan ilmu pokok al-Qur’an hadist.
6.
Syekh Syamsuddin Abu Abdullah
Muhammad al-Wadiyasyi, ia mengajarkan ilmu hadis dan fiqih serta bahasa Arab
pada Ibnu Khaldun.
Dari beberapa guru Ibnu
Kholduntersebut terdapat dua guru yang memiliki peran besar dalam keberhasialan
ibnu Kholdun, sebagaimana yang dikatakan Ramayulis dan Samsul Nizar dalam buku”
ensiklopedi tokoh pendidikan” bahwa ada dua guru Ibnu Khaldun yang sangat
berjasa kepada beliau yaitu Muhammad Ibnu Ibrahim al-Abili dalam bidang ilmu
filsafat dan syekh Abd al-Muhaimin Ibn al-Hadramani dalam ilmu-ilmu agama. Dari
kedua guru inilah beliau belajar al-Kutubu Sittah dan al-Muwattha’.
Sedangkan terdapat dua muridnya
yang terkenal dengan keilmuannya dan telah mengarang beberapa buku. Keduanya
adalah:
1.
Taqiyuddin Ahmad Ibnu Ali
al-Maqrizi, ia adalah sejarawan dan telah mengarang buku al-Suluk li Ma’rifah
Duwal al-mulk.
2.
Ibnu Hajar al- ‘Asqalani, ia adalah
murid Ibnu Khaldun yang terkenal sebagai ahli hadis dan sejarawan.
Muqoddimah yang Monumental
Setelah mundur dari percaturan politik praktis, Ibnu Khaldun
bersama keluarganya menyepi di Qal’at Ibn Salamah istana
yang terletak di negeri Banu Tajin selama empat
tahun. Selama masa kontemplasi itu, Ibnu Khaldun berhasil merampungkan sebuah
karya monumental yang hingga kini masih tetap dibahas dan diperbincangkan.
Buah pikir Ibnu Khaldun itu begitu memukau. Tak heran, jika ahli
sejarah Inggris, Arnold J Toynbee menganggap
Al-Muqaddimah
sebagi karya terbesar dalam jenisnya sepanjang sejarah. Secara
garis besar, Tarif Khalidi dalam bukunya Classical Arab Islam membagi
Al-Muqaddimah menjadi tiga bagian utama .
Bagian Pertama, membicarakan
histografi mengupas kesalahan-kesalahan para sejarawan Arab-Muslim. Bagian ini
membahas mengenai perihal masyarakat, asal-usulnya, kedaulatan lahirnya
kota-kota dan desa-desa, perdagangan, cara orang mencari nafkah, dan ilmu
pengetahuan. Bagian pertama ini merupakan bagian yang paling dari bukunya
dimana si penulis sampai pada puncak kreatifitasnya dalam meninjau
subjek-subjek yang berbeda. Ekonomi politik, sosiologi, da sejarah serta
orisinal dan mengikat. Bagian Kedua, Al-Muqaddimah
mengupas soal ilmu kultur. Bagi Ibnu Khaldun, ilmu tersebut merupakan dasar
bagi pemahaman sejarah. Dalam bagian kedua ini tulisan yang paling menarik
adalah teori tentang Al- Asabiyah yang membahas tentang perihal keningratan
serta pengaruh garis-garis keturunan di antara suku-suku nomaden ( pengembara
). Bagian Ketiga, mengupas
lembaga-lembaga dan ilmu-ilmu keislaman yang telah berkembang sampai dengan
abad ke-14.
Menurut Charles Issawi dalam An Arab
Philosophy of History, lewat Al-Muqaddimah, Ibnu
Khaldun adalah sarjana pertama yang menyatakan dengan jelas, sekaligus
menerapkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar sosiologi. Salah satu prinsip
yang dikemukakan Ibnu Khaldun mengenai ilmu kemasyarakatan antara lain; `’Masyarakat
tidak statis, bentuk-bentuk soisal berubah dan berkembang.” Pemikiran
Ibnu Khaldun telah memberi pengaruh yang besar terhadap para ilmuwan Barat.
Jauh, sebelum Aguste Comte pemikir yang banyak menyumbang kepada tradisi
keintelektualan positivisme Barat metode penelitian ilmu pernah dikemukakan
pemikir Islam seperti Ibnu Khaldun (1332-1406).
Dalam metodeloginya, Ibnu Khaldun mengutamakan data empirik,
verifikasi teoritis, pengujian hipotesis, dan metode pemerhatian. Semuanya
merupakan dasar pokok penelitian keilmuan Barat dan dunia, saat ini. `’Ibnu
Khaldun adalah sarjana pertama yang berusaha merumuskan hukum-hukum sosial,”
papar Ilmuwan asal Jerman, Heinrich Simon.
Karya-karya Ibnu Kholdun
Karya-karya Ibnu Khaldun yang
bernilai sangat tinggi diantaranya, at-Ta’riif bi Ibn Khaldun (sebuah kitab
autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya); Muqaddimah (pendahuluan atas
kitabu al-’ibar yang bercorak sosiologis-historis, dan filosofis); Lubab
al-Muhassal fi Ushul ad-Diin (sebuah kitab tentang permasalahan dan
pendapat-pendapat teologi, yang merupakan ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar
al-Mutaqaddimiin wa al-Muta’akh-khiriin karya Imam Fakhruddin ar-Razi).
Kesimpulan
Dalam Al-Muqqadimah, Ibnu Khaldun juga memberikan keutamaan, bukan
eksklusif, posisi faktor ekonomi dalam sejarah. Aktivitas intelektual dari
manusia, seni dan ilmu pengetahuan, sikap dan perilaku moralnya, gaya hidup dan
selera, standar kehidupan dan adat didefinisikan Ibnu Khaldun melalui derajat
atau tingkatan produksi. Dan juga menerangkan bahwa sejarah adalah catatan
tentang masyarakat manusia atau perdaban dunia, tentang perubahan-perubahan
yang terjadi, perihal watak manusia, seperti keliaran, keramah-tamahan,
solidaritas golongan, tentang revolusi, dan pemberontakan-pemberontakan suatu
kelompok kepada kepada kelompok lain yang berakibat pada munculnya
kerajaan-kerajaan dan negara-negara dengan tingkat yang bermacam-macam, tentang
pelbagai kegiatan dan kedudukan orang, baik untuk memenuhi kebutuhan hidup
maupun kegiatan mereka dalam ilmu pengetahuan dan industri, serta segala
perubahan yang terjadi di masyarakat. bahkan beliau memerinci bahwa ekonomi,
alam, dan agama merupakan faktor yang memengaruhi perkembangan sejarah. Meski punya pengaruh, faktor ekonomi, alam
dan agama bagi Khaldun bukan satu-satunya faktor yang menentukan gerak sejarah.
Ilmu lain inilah yang diistilahkan Ibn Khaldun sebagai kultur.
Ibnu Kholdun sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan tidak
meremehkan akan sebuah sejarah. Ia adalah seorang peneliti yang tak kenal lelah
dengan dasar ilmu dan pengetahuan yang luas. Ia selalu memperhatikan akan
komunitas-komunitas masyarakat. Selain seorang pejabat penting, ia pun seorang
penulis yang produktif. Ia menghargai akan tulisan-tulisannya yang telah ia
buat. Bahkan ketidaksempurnaan dalam tulisannya ia lengkapi dan perbaharui
dengan memerlukan waktu dan kesabaran. Sehingga karyanya benar-benar
berkualitas, yang di adaptasi oleh situasi dan kondisi.
Daftar Rujukan
Ali, Said Ismail. Pelopor pendidikan
Islam paling berpengaruh, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2010.
Jamil, Ahmad. Seratus Muslim
Terkemuka, Jakarta:
Pustaka
firdaus, 2003.
Fuad Baali dan Ali Wardi. Ibn
Khaldun dan Pola Pemikiran Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1989.
Pramono, Teguh. M.Pd.I., 100 Muslim Terhebat Sepanjang Masa.
Jogjakarta: Diva Press, 2013.
Ramayulis dan Samsul Nizar. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam,
Ciputat: Quantum Teaching, 2005.
Yatim, Badri. Historiografi Islam, Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1997.
YarÃ, Ahmad. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar