Islam sangat berkaitan erat dengan ilmu. Sehingga muncullah
statemen yang di uraikan oleh salah satu sahabat nabi muhammad Saw. ( umar bin
khattab) “ Addinu ‘aqlun laa diina liman laa ‘aqla lahuu”. Sehingga bisa
dikatakan bahwa antara ilmu dangan islam tidak bisa di pisahkan, kita tahu
bahwa islam datang pada saat dimana manusia pada kondisi bergelimang kebodohan dalam
hal kayakianan yang sangat luar biasa sehingga pada saat itu disebut sebagai
zaman jahiliyyah. Pada masa itu terbuka lebar ruang bagi tradisi dari nenek
moyang mereka yang hanya mengandalakan kemistikan di dalamnya sehingga
menguasai seluruh jiwanya. Kemudian datanglah islam dengan membawa panji-panji
sebagai tanda kebesaran dan kejayaan serta kebanggaan dengan berkosentrasi
penuh dalam memberikan perubahan secara besar-besaran sekaligus pencerahan
sebagai upaya pembersihan setiap jiwa-jiwa yang kotor yang penuh dengan ilusi
dan penghayalan semata.
Islam
menentang segala bentuk kebodohan sebagaimana yang telah di lakukan oleh para
manusia di zaman jahiliyah, bentuk pertentangan itu di wujudkan dengan adanya
gerakan dakwah yang mengarah kepada konsep ketauhidan yang benar (konsep apapun
boleh salah, tetapi konsep ketuhanan tidak boleh salah mutlak harus benar).
Karna dengan keimanan manusia bisa mengarahkan tujuan hidupnya hanya kepada
Allah semata, bukan karna manusia atau bahkan karena materi. Setiap kali
melakukan suatu aktifitas hanya kepadanya ia berpasrah serta menyingkirkan
segala bentuk keagungan yang palsu. Dalam kitab syarhul hikam sudah di jelaskan
“ in arodta an yakuna laka ‘izzun laa yafna falaa tasta’izzanna bi ‘izzin
yafnaa” (Jika kamu menginginkan kemuliaan yang tidak akan fana (rusak), maka
janganlah kamu menggantungkan dengan (terhadap) kemuliaan yang rusak itu)).
Dalam Al-quran juga sudah di jelaskan “Barang siapa yang menghendaki kemuliaan. Maka ketahuilah
kemuliaan itu semuanya milik Allah.”
Seperti itulah islam mendudukkan antara ilmu dengan hakikat
kebenaran dalam suatu kehidupan. Akan tetapi manusia yang diciptakan dengan
penuh kekurangan dan kelemahan sehingga pada realitanya Manusia mencari kemuliaan melalui berbagai cara. Mereka mencarinya
melalui harta, pangkat dan kekuasaan bahkan ada
yang mencarinya melalui ilmu dan amal (Na’uzdu billahi min syarri
dzalik).
Kini
kita telah mengetahui bahwa banyak pemunculan gerakan-gerakan yang menyimpang
dari ajaran islam itu sendiri, akan tetapi mereka mengatasnamakan islam sebagai
dasar pondasinya. Kepercayaan semacam itu
hanyalah sebuah perbuatan yang murni bid’ah, yang kemungkinan di picu
oleh bebrapa faktor, diantaranya: pertama, kebodohan, kebodohan akan
menafsirkan ayat-ayat Al-quran, mereka menafsirkan secara tekstual tanpa memikirkan
kandunganya, padahal hukum itu sendiri yang terpenting adalah substansinya
bukan lafadznya. Dalam qoidah fiqih di katakan “Al-‘ibrotu fil ‘uquudi lil
maqosidi wal ma’aani la lil al- faadhi wal mabaani”. Sehingga pada
penerapanya sangat tidak sesuai bahkan bertentangan dengan fakta sosial yang
ada. Kedua, fanatisme yang berlebihan, yang sangat mengherankan dari
sikap fanatisme ini adalah telah berhasil menjauhkan umat dari hakikat ajaran
benar. Dari kedua faktor tersebut telah menimbulkan kontradiksi serta
perpecahan dikalangan umat islam sendiri yang akhirnya berujung pada
pertengkaran dan saling mengafirkan antara yang satu dengan yang lainya. Maka
dari itu kita sebagai kaum muslimin harus mampu mensucikan jiwa serta pikiran
kita dari sikap fanatisme yang berlebihan sehingga kita mampu membersihkan
kerusakan yang besar sekaligus timbulnya fitnah dan berhimpun dalam suatu
barisan yang kokoh yang dapat menggentarkan musuh-musuh Allah dan benar-benar
menjadi umat pilihan sebagaimana di jelaskan dalam surat Ali Imron ayat 110,
yang artinya “kalian adalah umat terbaik yang di munculkan untuk manusia”.
Artikel:
Sony suke
Tidak ada komentar:
Posting Komentar