Sesungguhnya ibadah dalam islam baik ibadah mahdhoh yang berupa
sholat, zakat, puasa, haji, maupun ibadah ghoiru mahdhoh yang berupa dzikir, belajar, dakwah, tolong menolong, membaca
Al-quran dan lain sebagainya merupakan sebuah konsep pengajaran bagi pemeluknya
untuk hidup dalam keteraturan dan ketertiban. Ironisnya tidak semua orang islam
menyadari akan hal tersebut, mungkin mereka belum memahami konsep islam yang
sesungguhnya atau memang mereka membangkang karna tidak sesuai dengan hakikat
karakter yang selama ini mereka miliki hingga menyebabkan kurang kuatnya niat
untuk memperbaiki diri dan agamanya, sehingga dalam menjalankan kehidupan
sehari-harinya sering acak-acakan misalnya saja tidak mampu bekerja dengan baik
sesuai tenggang waktu yang di tentukan, sering tidak tepat waktu dalam memenuhi
janji untuk bertemu, bermasalah dalam menjalin komunikasi dan lain sebagainya.
Dalam bahasa agama hidup teratur serta tertib itu biasa
disebut dengan Istiqomah, maksutnya harus selalu tetap konsiten dalam menjaga
serta menjalankan nilai-nilai agama islam secara baik dan benar dalam
kehidupanya. Sebuah keteraturan dan ketertiban harus di jalani dengan
keistiqomahan baik dalam menjalankan fungsi hidup, aktifitas hidup, atau bahkan
sampai tujuan hidup sekalipun. Dalam Al-qur’an sudah di jelaskan secara
gamblang dalam surat As-Shaff ayat 4, “sesungguhnya Allah menyukai orang
yang berperang di jalannya dan barisan yang teratur seakan-akan mereka
merupakan satu barisan yang kokoh”.
Keteraturan dalam hidup sudah pasti akan membawa banyak
manfaat untuk pribadi-pribadi yang mampu merealisasikanya, baik hari ini, esok,
lusa bahkan kehidupan setelah kehidupan dunia (akhirat). Sebagaimana telah
tertera dalam quran surat fushshilat ayat 30-32 yang artinya (30)“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah
Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan
turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah
merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan
Allah kepadamu." (31) Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia
dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh
pula di dalamnya apa yang kamu minta.(32) Sebagai hidangan bagimu dari Tuhan Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” Sebagai manusia yang cerdas hendaknya hidup di dunia ini tidak
melulu memikirkan dunia belaka akan tetapi juga harus memikirkan akhirat
sebagai bekal nantinya menghadap pengusa alam jagat raya (Allah), dengan
menorehkan butir-butir kebaikan yang sebanyak-banyaknya sebagai inventasi masa
depan. Hal tersebut telah dijelasakan dalam surat Mumtahanah ayat 18, “
wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan
bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah maha teliti terhadap apa yang kamu
kerjakan.”
Untuk
mewujudkan semua hal tersebut harus sedini mungkin untuk menjadikan karakter
khusus bagi kaum muslimin sehingga pada akhirnya dapat mengakar dan menjadi
sebuah pondasi yang kokoh sebagai benteng dirinya dari kerusakan, kesombongan,
kedzaliman yang terjadi dalam perjalanan disetiap aktifitas yang ia lakukan.
Ada beberapa hal yang mungkin harus dibenahi dan di kaji ulang mengenai
pemahaman atau hakikat ajaran islam yang sebenarnya. Kurang kuatnya pemahaman dalam
konsep keagamaan itu sendiri sehingga mereka berpandangan bahwa sholat, puasa,
zakat, haji, dzikir, mengaji, hanya dijadikan sebagai ibadah ritual belaka yang
sama sekali tidak ada keterkaitanya dengan nilai-nilai yang lain. Anggapan
tersebut kemudia terpatri dalam jiwa mereka yang pada akhirnya kaum muslimin
kurang berkreasi dalam mengembangkan nilai-nilai hakikat dari sebuah budaya
yang setiap harinya tumbuh berkembang sesuai perkembangan zaman untuk dijakan
sebagai suatu nilai ibadah.
Budaya (peradaban)
tumbuh berbarengan dengan sebuah keadilan keduanya merupakan konsekuensi logis
dari tingginya ketakwaan dan kepatuhan
suatu masyarakat, karna perdaban tidak mungkin dapat tumbuh dari
struktur sosial yang tidak berkeadilan, bagaimana bisa peradaban berkembang
sehat jika struktur sosialnya tumpang tindih, terjadi banyak penculikan,
penindasan, tak berkembangnya ilmu pengetahuan, terhalangnya kemerdekaan dalam
berfikir dimana hal tersebut pernah terjadi di negeri kita yang tercinta ini,
sehingga aspirasi-aspirasi rakyat tak terbendung pada sebuah wadah yang
keramat. The founding fathers merumuskan sila kedua pansila dalam satu
konsepsi tentang sila kemanusiaan yang adil dan beradap “ tidak akan ada
peradaban yang tidak di dasarkan atas peri kehidupan yang berkeadilan, dan
tidak akan keadilan jika peradaban dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa
tidak berkembang”. Oleh sebab itu penting sekali membangun peradaban bangsa
yang tinggi dan bermartabat.
Karna
pentingnya sebuah budaya maka dari itu penting pula bagi umat muslim untuk
mampu memanfaatkannya menjadikan sarana ibadah di dalamnya dengan berusaha semaksimal mungkin
menambah kualitas pribadi masing-masing agar tidak terkikis dan tergerus dalam
perkembangan budaya yang perkembanganya sangat pesat, sebagai upaya penagkalan dan menjadi tameng dari berbagai
penjuru sisi baik dari faktor internal maupun faktor eksternal, maka sangat di
perlukan sosok cendekiwana ulama’ yang intelek dan intelek yang ulama’
sekaligus di sejajarkan dengan sosok ilmuan yang ilmiawan dan ilmiawan yang
ilmuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar