Kamis, 04 Desember 2014

Hakikat Ibadah yang sesungguhnya



Sesungguhnya ibadah dalam islam baik ibadah mahdhoh yang berupa sholat, zakat, puasa, haji, maupun ibadah ghoiru mahdhoh yang berupa dzikir, belajar, dakwah, tolong menolong, membaca Al-quran dan lain sebagainya merupakan sebuah konsep pengajaran bagi pemeluknya untuk hidup dalam keteraturan dan ketertiban. Ironisnya tidak semua orang islam menyadari akan hal tersebut, mungkin mereka belum memahami konsep islam yang sesungguhnya atau memang mereka membangkang karna tidak sesuai dengan hakikat karakter yang selama ini mereka miliki hingga menyebabkan kurang kuatnya niat untuk memperbaiki diri dan agamanya, sehingga dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya sering acak-acakan misalnya saja tidak mampu bekerja dengan baik sesuai tenggang waktu yang di tentukan, sering tidak tepat waktu dalam memenuhi janji untuk bertemu, bermasalah dalam menjalin komunikasi dan lain sebagainya.
Dalam bahasa agama hidup teratur serta tertib itu biasa disebut dengan Istiqomah, maksutnya harus selalu tetap konsiten dalam menjaga serta menjalankan nilai-nilai agama islam secara baik dan benar dalam kehidupanya. Sebuah keteraturan dan ketertiban harus di jalani dengan keistiqomahan baik dalam menjalankan fungsi hidup, aktifitas hidup, atau bahkan sampai tujuan hidup sekalipun. Dalam Al-qur’an sudah di jelaskan secara gamblang dalam surat As-Shaff ayat 4, “sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang di jalannya dan barisan yang teratur seakan-akan mereka merupakan satu barisan yang kokoh”.
Keteraturan dalam hidup sudah pasti akan membawa banyak manfaat untuk pribadi-pribadi yang mampu merealisasikanya, baik hari ini, esok, lusa bahkan kehidupan setelah kehidupan dunia (akhirat). Sebagaimana telah tertera dalam quran surat fushshilat ayat 30-32 yang artinya (30)“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu." (31) Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh pula di dalamnya apa yang kamu minta.(32)  Sebagai hidangan bagimu dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Sebagai manusia yang cerdas hendaknya hidup di dunia ini tidak melulu memikirkan dunia belaka akan tetapi juga harus memikirkan akhirat sebagai bekal nantinya menghadap pengusa alam jagat raya (Allah), dengan menorehkan butir-butir kebaikan yang sebanyak-banyaknya sebagai inventasi masa depan. Hal tersebut telah dijelasakan dalam surat Mumtahanah ayat 18, “ wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Untuk mewujudkan semua hal tersebut harus sedini mungkin untuk menjadikan karakter khusus bagi kaum muslimin sehingga pada akhirnya dapat mengakar dan menjadi sebuah pondasi yang kokoh sebagai benteng dirinya dari kerusakan, kesombongan, kedzaliman yang terjadi dalam perjalanan disetiap aktifitas yang ia lakukan. Ada beberapa hal yang mungkin harus dibenahi dan di kaji ulang mengenai pemahaman atau hakikat ajaran islam yang sebenarnya. Kurang kuatnya pemahaman dalam konsep keagamaan itu sendiri sehingga mereka berpandangan bahwa sholat, puasa, zakat, haji, dzikir, mengaji, hanya dijadikan sebagai ibadah ritual belaka yang sama sekali tidak ada keterkaitanya dengan nilai-nilai yang lain. Anggapan tersebut kemudia terpatri dalam jiwa mereka yang pada akhirnya kaum muslimin kurang berkreasi dalam mengembangkan nilai-nilai hakikat dari sebuah budaya yang setiap harinya tumbuh berkembang sesuai perkembangan zaman untuk dijakan sebagai suatu nilai ibadah.  
Budaya (peradaban) tumbuh berbarengan dengan sebuah keadilan keduanya merupakan konsekuensi logis dari tingginya ketakwaan dan kepatuhan  suatu masyarakat, karna perdaban tidak mungkin dapat tumbuh dari struktur sosial yang tidak berkeadilan, bagaimana bisa peradaban berkembang sehat jika struktur sosialnya tumpang tindih, terjadi banyak penculikan, penindasan, tak berkembangnya ilmu pengetahuan, terhalangnya kemerdekaan dalam berfikir dimana hal tersebut pernah terjadi di negeri kita yang tercinta ini, sehingga aspirasi-aspirasi rakyat tak terbendung pada sebuah wadah yang keramat. The founding fathers merumuskan sila kedua pansila dalam satu konsepsi tentang sila kemanusiaan yang adil dan beradap “ tidak akan ada peradaban yang tidak di dasarkan atas peri kehidupan yang berkeadilan, dan tidak akan keadilan jika peradaban dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa tidak berkembang”. Oleh sebab itu penting sekali membangun peradaban bangsa yang tinggi dan bermartabat.
Karna pentingnya sebuah budaya maka dari itu penting pula bagi umat muslim untuk mampu memanfaatkannya menjadikan sarana ibadah  di dalamnya dengan berusaha semaksimal mungkin menambah kualitas pribadi masing-masing agar tidak terkikis dan tergerus dalam perkembangan budaya yang perkembanganya sangat pesat, sebagai upaya  penagkalan dan menjadi tameng dari berbagai penjuru sisi baik dari faktor internal maupun faktor eksternal, maka sangat di perlukan sosok cendekiwana ulama’ yang intelek dan intelek yang ulama’ sekaligus di sejajarkan dengan sosok ilmuan yang ilmiawan dan ilmiawan yang ilmuan.
  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar